Rabu, 11 Desember 2013

Aku Memperjuangkan Kamu yang Sama Sekali Tidak Memperjuangkanku

Salahkah aku jika aku ingin dinomor satukan?

Siapa aku? Kekasihmu atau hanya teman specialmu. Jangan berfikir untuk menjawabnya. Jika kamu benar-benar tahu, maka hatimu akan berteriak lebih dahulu daripada logikamu.
Lagi-lagi kamu bertanya mengapa aku menjadi seperti ini. Mengapa aku mengacuhkanmu. Sadarkah kamu bahwa tidak pernah sekalipun kamu kuacuhkan. Dikepalaku hanya ada daftar-daftar penting hingga tidak penting, semua tentangmu. Kamu adalah alasanku bangun sepagi buta ini hanya untuk mengecek layar ponselku, adakah pesan singkat darimu? Kamu adalah alasanku masih terjaga hingga selarut ini, hanya untuk memastikan aku disini ketika ponselku berdering dengan namamu tertera dilayar. Kamu adalah alasanku menyimpan setumpuk kekecewaan hanya untuk melihatmu tertawa bahagia. Kamu. Kamu. Dan kamu.
Mengapa aku begitu menjadikanmu yang pertama disaat kamu menjadikanku yang kesekian?
Sibuk. Begitu saja alasanmu. Tidak bisakah kamu pintar memilih dan memilah waktu. Tidak bisakah kamu menyisihkan waktu untukku. Cukup 5 menit untuk memulai percakapan kecil, mulai dari kabar dan kalimat romantis lainnya, seperti dulu. Seperti dahulu ketika pertama kita mengenal cinta.
Jika kamu bersungguh-sungguh, maka kamu juga akan ikut berjuang denganku. Tetapi apa yang kudapat? Aku hanya berjuang sendiri. Seorang diri. Lalu, apa yang kuperjuangkan? Aku memperjuangkan kamu -yang sama sekali tidak memperjuangkanku.
Jika aku bertahan untukmu, maka bertahanlah untukku. Jangan bermanis kata dengan dusta. Karena, kamu akan membunuhku secara perlahan.

Tegaslah padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar