Salahkah aku
jika aku ingin dinomor satukan?
Siapa aku?
Kekasihmu atau hanya teman specialmu. Jangan berfikir untuk menjawabnya. Jika
kamu benar-benar tahu, maka hatimu akan berteriak lebih dahulu daripada
logikamu.
Lagi-lagi
kamu bertanya mengapa aku menjadi seperti ini. Mengapa aku mengacuhkanmu.
Sadarkah kamu bahwa tidak pernah sekalipun kamu kuacuhkan. Dikepalaku hanya ada
daftar-daftar penting hingga tidak penting, semua tentangmu. Kamu adalah
alasanku bangun sepagi buta ini hanya untuk mengecek layar ponselku, adakah
pesan singkat darimu? Kamu adalah alasanku masih terjaga hingga selarut ini,
hanya untuk memastikan aku disini ketika ponselku berdering dengan namamu
tertera dilayar. Kamu adalah alasanku menyimpan setumpuk kekecewaan hanya untuk
melihatmu tertawa bahagia. Kamu. Kamu. Dan kamu.
Mengapa aku
begitu menjadikanmu yang pertama disaat kamu menjadikanku yang kesekian?
Sibuk. Begitu
saja alasanmu. Tidak bisakah kamu pintar memilih dan memilah waktu. Tidak
bisakah kamu menyisihkan waktu untukku. Cukup 5 menit untuk memulai percakapan
kecil, mulai dari kabar dan kalimat romantis lainnya, seperti dulu. Seperti
dahulu ketika pertama kita mengenal cinta.
Jika kamu
bersungguh-sungguh, maka kamu juga akan ikut berjuang denganku. Tetapi apa yang
kudapat? Aku hanya berjuang sendiri. Seorang diri. Lalu, apa yang
kuperjuangkan? Aku memperjuangkan kamu -yang sama sekali tidak
memperjuangkanku.
Jika aku
bertahan untukmu, maka bertahanlah untukku. Jangan bermanis kata dengan dusta.
Karena, kamu akan membunuhku secara perlahan.
Tegaslah
padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar