Senin, 14 Oktober 2013

Kuharap Kau Dapatkan Pesanku untuk Mengingat Jalan Pulang

Untuk seseorang nun jauh disana, yang hatinya telah berlabuh disuatu tempat tanpa kehadiranku. Yang ingatannya telah dibekukan rasa sakit karena ulahku.
last thing that left

Tuhan, kali ini aku bercerita lagi tentang dia. Bagaimana perasaanku yang tak kunjung sembuh dari semua tentangnya. Bagaimana perasaanku terus menjerit dan meronta ingin kembali pada suasana indah dimana aku dan dia tak perlu berpikir cukup lama untuk membicarakan hal-hal kecil dalam pesan singkat.
Tuhan, apa kau disana? Apa kau mendengar doaku?
Namanya tak pernah luput bersenandung dengan lantunan ayat suci dari bibirku. Doa yang kupinta mungkin terlihat berat dan tidak memungkinkan untuk terjadi. Tapi aku tidak menyerah. Aku tidak putus asa menunggu tanganMU terbuka lebar memberiku sebuah harapan yang terwujud dan terbungkus indah. Bukan kah itu yang KAU ajarkan pada kami, Tuhan? Untuk tidak menyerah dan berputus asa.
Sebelum aku menyesali semua kesalahanku yang membuat dia pergi begitu jauh dariku, aku berterimakasih kepadaMU. Mataku tidak akan terbuka lebar untuk melihat sikapku yang terlalu bermanja dalam pangkuannya. Hatiku tidak akan peka merasakan sakit dan lukanya dibalik senyum yang dia tampakkan dihadapanku. Telingaku bahkan tidak akan mendengar isakkan tangisnya dari seberang telpon.
Tuhan, apakah disana dia juga menceritakan semua tentangku padamu? Apakah dia disana sepertiku, mengharapkan suatu titik dimana kita akan bersama?
Entahlah. Tuhan, apakah ini hanya perasaanku saja? Aku disini berperang melawan diriku sendiri. Berperang melawan rindu yang terus menyapaku. Berperang melawan sisa hati yang dia tinggalkan. Bahkan cintaku masih disini, terus menantinya. Apakah itu salah?
Sementara yang kurasa, dia terlihat sangat bahagia. Tawanya terus membahana memenuhi ruang hampa diudara. Senyumnya terus mengembang seperti yang terekam bola mataku. Coba lihat, Tuhan. Bahkan gerak geriknya terlihat sempurna. Seperti “hal ini” adalah sesuatu yang dicarinya sejak lama.
Tuhan, aku diciptakan dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan. Apakah diluar sana ada orang yang akan menyempurnakanku? Hingga kini, aku masih hafal. Aku masih bisa mengeja namanya yang mampu menyempurnakan hidupku. Hal itu adalah pertama kalinya aku merasa sempurna.  Apakah kesempurnaanku memang ditakdirkan bersamanya?
Dahulu. Dahulu sekali, aku dan dia percaya bahwa kami ditakdirkan bersama. Entah kemana kepercayaan itu, hilang menguap ditelan bersama harapan yang tertinggal lainnya.
Aku dan dia membangun sebuah surga di dunia, dimana kami bisa mengisinya dengan tawa dan senandung canda. Dimana, aku dan dia akan bertahan di dunia untuk melihat surga kami yang semakin sempurna dengan tiap butir harapan yang terwujud.
Tuhan, mungkin aku pernah pergi terlalu jauh dari surgaku. Aku menapakkan kaki hingga aku tersesat. Dia mungkin pernah keluar jauh dari surga untuk mencariku. Dan dia tersesat. Kini kami berada di jalan berbeda. Jalan dimana aku mencari jalan pulang menuju surga dan menunggunya kembali. Dan, jalan dimana dia akan mendapatkan telepatiku untuk kembali ke surga.
Tuhan, jika harapanku terwujud. Jangan biarkan aku menapakkan kaki terlalu jauh dari surgaku. Hingga, aku tidak perlu berada di jalan lain dan terpisah darinya. Dan aku tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar