Bertanya,
tak membuahkan hasil. Bungkam pun menyakitkan.
Ada
banyak hal yang membuat aku dan kamu menjadi kita. Bahkan, kita mampu terurai
kembali menjadi aku dan kamu. Dua insan berbeda yang berusaha menentang takdir.
Atau mungkin, hanya aku yang berpeluh berusaha menyobek kertas takdir- yang
mengatakan kita akan terurai. Air mata membasahi kertas takdir itu, tapi tak
mampu menghapusnya. Justru, memperburuk.
Aku
mulai terbiasa. Terbangun tengah malam dan menyadari bahwa aku kembali seorang
diri. Kenangan kembali menyeruak masuk. Sesak didada kembali menyerang. Butir
bening terus mengalir dari kedua mata. Akankah seperti ini terus menerus?
Apa
yang menghalangi aku dan kamu kembali menjadi kita? Apakah sesuatu yang disebut
orang ketiga. Tidak, kurasa kamu bukan orang seperti itu. Kamu tidak pernah
berfikiran buruk terhadapku. Jadi, mengapa aku harus memikirkan hal-hal buruk
yang membuatku semakin nelangsa.
Akankah
aku masih tetidur pulas dengan kening berkerut tengah memikirkan sesuatu yang
sulit. Akankah aku masih tertidur hingga detik ini. Akankah ini mimpi burukku
yang terlihat nyata.
Sleep
paralysis biasanya menyapaku dua kali sebulan. Biasanya, aku akan mengirimkan
pesan singkat bahwa aku terbangun. Betapa berbedanya dengan keadaan sekarang.
Kamu bahkan tidak perduli lagi. Dan kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu
tidak bisa memberikanku perhatian untuk perduli.
Ada
apa? Apakah bumi baru saja berputar 180 derajat dalam sedetik dan merusak
susunan tata surya?
Apa
yang salah denganku. Apa yang salah dengan semuanya. Aku bahkan rela menjadi
cermin untuk bercermin padahal aku adalah cermin. Kamu tahu betapa susahnya
itu. Tapi aku melakukannya.
Jadi
bagian mana yang perlu kucermini? Tidakkah itu cukup bagimu. Atau yang kamu
cari adalah kesempurnaan? Oh Tuhan. Kemana arah semua ini berlayar. Aku hanya
gadis biasa yang penuh dengan kekurangan. Bahkan aku kerap malu pada diriku
sendiri atas apa yang kurang dari tubuhku. Dahulu, kamu menerima semuanya. Kamu
menerimaku satu paket.
Aku
bukan gadis tinggi, berambut panjang, kulit putih, dengan penuh talenta.
Seperti itukah yang kamu cari?
Hanya
kamu yang tahu. Karena aku tidak lagi banyak tahu tentangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar