Dua
minggu berlalu dengan penuh perjuangan untuk berpura-pura tegar. Berpura-pura
menikmati rasa sakit yang semakin merenggut sebagian jiwa. Kenangan lalu masih
saja menari dalam benakku. Kenangan yang terekam secara permanen oleh hati
tanpa ada pilihan hapus untuk melupakannya. Sesekali, genangan air mata
membekas diatas bantal ketika memori itu kembali memaksa untuk masuk.
Sudut
bibir yang biasa tertarik keatas, perlahan lenyap. Aku menatap cermin dengan
gamang, pikiranku bermain entah kemana. Bayangan gadis setinggi 155cm terpantul
dengan jelas. Aku bahkan tidak mengenal siapa gadis itu. Mengapa pandangannya
begitu kelam dan raut wajahnya menyiratkan kesedihan.
Gadis
di dalam cermin bungkam. Matanya cekungnya menerawang antara masa lalu dan masa
depan. Antara mimpi dan kenyataan. Antara perjuangan dan kepasrahan.
Gadis
berambut sebahu itu menarik nafas dalam. Matanya terpejam. Pelipisnya berkedut
semakin kencang. Perlahan, butiran bening mengalir dari sudut matanya. Aku bahkan
tidak mengenal gadis itu. Yang aku tahu bahwa gadis itu adalah aku.
Begitu
seterusnya. Aku meringkuk di sudut kamar hanya untuk membenamkan diri dari rasa
nyeri. Aku tertidur hanya untuk mengalihkan dunia nyata yang pahit. Aku seperti
pengecut. Gadis yang lemah. Aku lari dari kenyataan. Menangisi seuatu yang
telah hilang. Menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Aku mencoba mengikhlaskan
walaupun hasilnya tidak seberapa. Setidaknya,
aku berusaha.
Aku
menoleh kebelakang untuk melihat coretan hitam dan merah yang kuperbuat pada
album kita. Terlalu banyak coretan yang kuperbuat hingga tulisan indah kita
mampu tertutupi tinta merah dan hitam. Kau mengerti? Sehingga, kamu tidak mampu
lagi melihat hal indah tentang kita.
Meski
aku meminta, menangis, dan merontamu untuk melihat sedikit perubahan yang
kulakukan pada diriku sendiri, apa kamu akan kembali? Aku bahkan tidak tahu mengapa
aku masih diam. Aku tidak berjalan untuk kembali bahkan, tidak juga berjalan
untuk maju. Lantas apa yang aku tunggu? Harapan adalah satu-satunya yang
membuatku masih terpaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar